Jayapura,JayaTvPapua.com. – Keluarga Peres Yando (32) pemuda asal Papua Pegunungan, korban pengeroyokan hingga mengakibatkan bentrokan antar warga di Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura meminta pihak kepolisian segera menangkap pelaku.
Akibat kejadian itu sebanyak 10 orang dilarikan ke RSUD Yowari 3 diantaranya mendapat perawatan lanjutan di RSUD Dian Harapan.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Tim Kuasa Hukum Amsal Sama dalam jumpa pers di Jalan Kali Bak, Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, pada Jumat (4/4/25).
Amsal mengatakan korban dituduh mencuri motor lalu dikeroyok sejumlah pemuda di halaman Gereja Filadelfia Asei Nolokla.
Amsal mengatakan kondisi korban sejak tahun 2024 mengalami gangguan kejiwaan lalu putus kuliah dari salah satu perguruan tinggi di Jayapura. Kuasa hukum telah melapor ke Polsek Sentani Timur dengan nomor laporan: LP/B/36/IV/2025/SPKT/POLSEK SENTANI TIMUR/POLRES.
“Keluarga meminta supaya polisi menangkap pelaku,” katanya.
Keluarga Korban,dalam hal ini diwakili oleh Yonathan Wisabla mengatakan, kejadian itu terjadi pada tanggal 29 Maret 2025, korban Peres Yando sekitar pukul 6.00 sore pergi ke gereja, lalu duduk diatas motor yang diparkir di halaman gereja. Warga yang berada di sekitar gereja meneriaki korban pencuri. Korban kemudian lari ketakutan tetapi diamuk massa.
“Setelah dikeroyok mereka (massa) lalu antar ke polisi kemudian dibawa ke rumah sakit, lalu kembali ke Polsek,” katanya.
Hingga pukul 10.00 malam, keluarga korban belum mengetahui kejadian ini lalu mendapat informasi dari sebuah video korban yang viral di media sosial.
“Jadi kejadian itu kami keluarga tidak tahu, dari jam 6 sampai 10 malam, kami dapat informasi dari keluarga yang lain kalau adiik laki-laki ini dipukul dan ada di polsek, dan viral di media sosial,” katanya.
Keluarga korban pergi ke Polsek Sentani Timur untuk menanyakan keberadaan korban tetapi sudah diantar ke rumah saat tengah malam.
Merasa dirugikan, pada tanggal 2 April 2025, keluarga korban kembali ke Polsek Sentani Timur untuk meminta keterangan dan melapor video yang viral.
Namun karena tidak mendapat jawaban keluarga berniat kembali. Sesampainya di depan jalan masuk Kalkote dihadang oleh sejumlah pemuda yang sedang mabuk dan mengancam pakai pisau. Akhirnya terjadi baku pukul.
“Setelah itu sekitar pukul 10.00 WIT kami ke gereja lalu minta pertanggung jawaban gereja karena masalah ini dimulai di gereja,” katanya.
Yonathan mengaku, di gereja mereka dikepung oleh sekitar 20 orang membawa pisau dan senapan angin. “Padahal kami mau bertemu pihak gereja,” katanya. Dari situ, terjadi bentrokan hingga mengakibatkan meja-meja jualan dibakar. Lalu pengeroyokan atas seorang warga asal Lani Jaya, Papua Pegunungan yang hendak melintas.
Kuasa Hukum Dede Gustiawan menyoroti respon pihak kepolisian terhadap laporan keluarga korban atas kasus ini. Dede mengatakan seharusnya pihak keamanan dapat memprediksi terjadi keributan karena saat itu situasi sudah memanas.
“Seharusnya mereka saat mau kembali di antar oleh polisi karena kondisi ini kan sedang memanas,” ujarnya.
Pada saat terjadi konflik, kata Dede, sekelompok pemuda dari Kampung Harapan membawa senjata tajam (sajam) dan senapan angin, seharusnya benda ini diamankan tapi tidak ada tindakan pencegahan.
“Ini kelalaian dari kepolisian. Kami sudah membuat laporan polisi. Kami harap pelaku bisa ditangkap,” katanya.
Dede juga menyesalkan bentrokan yang tidak bisa terhindarkan padahal jarak kejadian dengan Polsek Sentani Timur sangat dekat.
Keluarga korban Yonathan Wisabla, mengatakan, hingga saat ini, warga masih belum bisa beraktivitas dengan aman. Mereka merasa khawatir dan was-was.
Lebih dari puluhan mama-mama dari Papua Pegunungan belum kembali berjualan karena takut dan trauma. Meja jualan milik mereka